AKU MENYINTAIMU ( ? )

Betapa besar cinta dan sayang seorang ibu, demi seorang anak, dia sanggup berjaga malam, tidurnya hanya tidur-tidur ayam.

Mimpilah apa sahaja; baik mimpi yang menakutkan, mimpi hiba yang mengalirkan air mata, atau mimpi indah bulan jatuh ke riba, tangisan seorang anak di tengah malam pasti membangunkan seorang ibu dari terus diulit lena. Lalu dia bersegera mendapatkan anaknya, menenangkannya agar si anak kembali melelapkan mata.

Namun, diri ini menginsafi tatkala membaca bait-bait bermakna ini :

عَنْ عُمَرَبْنِ الْخَطَّابِ قَالَ قَدِمَ عَلَيَّ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم بِسَبِيٍّ فَاِذَاامْرَأَةٌ مِنَ السَّبِيِّ تَبْتَغِى اِذَا وَجَدَتْ صَبِيًّا فِى السَّبِيِّ أَخَذَتْهُ فَاَلْصَقَتْهُ بِبَطْنِهَا وَأَرْضَعَتْهُ فَقَالَ لَنَا رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم أَتَرَوْنَ هَذِهِ اْلمَرْأَةَ طَارِحَةً وَلَدَهَا فِى النَّارِ قُلْنَا لاَ وَاللهِ وَهِيَ تَقْدِرُ عَلَى أَنْ تَطْرَحَهُ فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم اَللهُ اَرْحَمُ مِنْ هَذِهِ بِوَلَدِهَا

Maksudnya : Dari Umar bin al Khattab RA berkata:“Bahwa beliau datang menghadap Rasulullah SAW dengan membawa beberapa orang tawanan. Di antara para tawanan itu terlihat seorang wanita sedang mencari-cari, lalu ketika ia mendapatkan seorang anak di antara tawanan tersebut, dia langsung mengambil anak itu lalu memeluknya ke perut untuk disusui. Lalu Rasulullah SAW berkata kepada kami: Bagaimana pendapat kamu sekalian, apakah wanita ini akan melemparkan anaknya ke dalam api? Kami menjawab: Tidak, demi ALLAH, sedangkan dia mampu untuk tidak melemparnya. Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya ALLAH lebih mengasihi hamba-NYA daripada wanita ini terhadap anaknya.” ( Hadis Sahih riwayat Muslim no.4947 )



Sungguh, kasih ALLAH Maha Indah, sayang ALLAH nyata terserlah,

Namun, sering diri ini bertanya sendiri…

"Andai ingin beroleh cinta ALLAH, lafaz yang diungkap tidak semudah melaksanakan…
Kerana, menyintai-NYA memerlukan sebuah ketulusan,
Mengasihinya memerlukan sebuah pengorbanan,
Menyayangi-NYA memerlukan sebuah kesetiaan
Menuntut tanggung jawab, menagih pembuktian.”

Bisikan keimanan berbicara kepada diri…

Andai ketika bersedekah dan menghulurkan derma, dirimu merasa lebih mulia dari golongan yang menerima, sedarlah jiwamu sebenarnya masih belum tulus melakukan itu kerana TUHAN Yang Maha kaya,

Andai pakaianmu yang sempurna menutup aurat hanya mencetuskan rasa sombong dan bangga diri, sedarilah jiwamu sebenarnya masih jauh untuk beroleh reda-NYA,

Andai kemahuan diri lebih dituruti berbanding tuntutan ILAHI, sedarlah bahawa jiwamu masih jauh dari taat dan setia melaksanakan perintah-NYA.

Tanggungjawabmu kepada-NYA, masih culas, nafsu amarahmu masih bebas…
Bagaimana mampu kau buktikan cinta untuk-NYA yang telah kau lafaz...



Aku menyintaimu ( ?)



Lalu, layakkah menyatakan cinta sedang sikapmu umpama menanam tebu di pinggir bibir…manis meluahkan kata-kata, tetapi bicara hanya tinggal bicara, tidak terlaksana.

Lantas, tangan ini diangkat ke langit yang tinggi, nurani berseru dengan nama ILAHI Rabbi…

Wahai TUHAN Yang Maha pengampun, hamba-Mu datang untuk mengadu dan memohon...
Atas setiap derap langkah yang tidak terlepas dari silap dan salah,
Atas setiap butir kata yang selalu melangkaui sempadan agama,
Atas setiap bisikan hati yang iri dan dengki,
Atas ketulusan, pengorbanan dan kesetiaan yang masih dipersoalkan..
Diri ini terlalu banyak dosa dan noda…
Keampunan-MU ku pinta…
Cinta dan reda-MU kudamba.